Senin, 15 Desember 2014

Perawatan Kolostomi

PERAWATAN KOLOSTOMI

A. Pengertian Kolostomi
Sebuah lubang buatan yang di buat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987). Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993.

B. Tujuan
            Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari perawatan kolostomi adalah mambantu pasien post operasi kolostomi agar terhindar dari infeksi dan membantu tahap penyembuhan pasien.

Tujuan khusus:
1.      Mencegah iritasi jaringan  sekitar luka post kolostomi.
2.      Mencegah infeksi nosokomial
3.      Memberi rasa nyaman
4.      Mengobservasi output
C Jenis-jenis kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara(Randy, 1987).

1.      Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)

2.   Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar

Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses (Randy, 1987).

D. Komplikasi Kolostomi
Adapun komplikasi dari kolostomi menurut ferdinan sihombing ( 2008) antara lain;
1.  Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi

2.   Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.


3. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

4. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma

6. Perdarahan stoma

E. Proses Perawatan Kolostomi

1. Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan ( Brunner&Suddarth.2000).

2. Tujuan

* Menjaga kebersihan pasien

* Mencegah terjadinya infeksi

* Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

* Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya


3. Proses Keperawatan
A. Pengkajian      
1. Dapatkan riwayat kesehatan
2. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rektal: pola eliminasi yang lalu dan sekarang; terapi obat yang terbaru, riwayat medis yang lalu, deskripsi warna, bau, konsistensi feses dan adanya darah atau mukus, penurunan berat badan, kebiasaan diet termasuk penggunaan alkohol, keletihan yang tidak lazim.
3. Auskultasi abdomen terhadap bising usus, palpasi terhadap area nyeri tekan, distensi, masa padat, dan inspeksi terhadap darah dalam feses.

B. Diagnosa Keperawatan

1.  Konstipasi yang berhubungan dengan lesi obstruktif
2.  Nyeri yang berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3.  Resiko terhadap kurang volume cairan yang berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
4. Ansietas yang berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan diagnosa kanker.
5. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang dari perawatan di rumah sakit.
6.  Gangguan citra diri yang berhubungan dengan kolostomi.

C. Intervensi Keperawatan

v Preoperatif (Brunner& Suddarth,2000).

1.      Mempertahankan Eliminasi
      Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi; berikan laksatif dan enema sesuai yang diresepkan

2.      Menghilangkan Nyeri
a.       Berikan analgesic sesuai yang diresepkan
b.                  Atur lingkungan untuk memungkinkan relaksasi
c.       Berikan tindakan yang memberikan rasa nyaman, mis : pijat punggung, perubahan posisi

3.      Mempertahankan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a.       Catat masukan haluaran dan batasi cairan dan makanan per oral untuk mencegah muntah
b.                  Berikan antiemetic sesuai yang diresepkan
c.                   Pantau elektrolit serum untuk mendeteksi adanya hipokalemia dan hiponatremia
d.      Kaji tanda-tanda vital untuk mendeteksi tanda-tanda hipovolemia : takikardia, hipotensi, dan penurunan volume nadi
e.       Kaji status hidrasi dan laporkan penurunan turgor kulit, kekeringan membrane mukosa, pemekatan urine, dan peningkatan berat jenis urine

4.         Penurunan Ansietas
a.       Kaji tingkat ansietas pasien dan mekanisme koping untuk mengatasi stress
b.      Berikan privasi jika diinginkan; instruksikan dalam latihan relaksasi dan umpan balik biologis; dengarkan pasien yang ingin mengekspresikan perasaannya
c.       Atur pertemuan dengan anggota rohaniawan jika diinginkan
d.      Atur pertemuan untuk pasien dan keluarga dengan dokter dan perawat untuk membicarakan pengobatan dan prognosis; pertemuan dengan ahli terapi enterostomal mungkin sangat bermanfaat
e.       Tingkatkan rasa nyaman pasien dengan bersikap relaks dan empati
f.       Jelaskan semua pemeriksaan dan prosedur dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien
g.      Kaji kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan pasien untuk informasi

5.         Pencegahan Infeksi
Berikan antibiotic sesuai perintah untuk mengurangi bakteri usus dalam persiapan untuk pembedahan usus

v  Pasca-operatif

1.      Memberikan Perawatan Luka
        Periksa dengan sering selama 24 jam pertama, periksa terhadap infeksi, dehisens (lubang terbelah), hemoragi, dan edema yang berlebihan
2.   Pemeliharaan Citra Tubuh Yang Positif
a.       Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan keprihatinan
b.      Berikan lingkungan yang suportif dan sikap untuk meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan perawatan stroma


3.  Pemantauan dan Penatalaksanaan komplikasi
Observasi pre- dan pasca-operatif terhadap gejala-gejala komplikasi; laporkan dan lakukan perawatan yang diperlukan

4.  Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Perencanaan pulang kerumah memerlukan upaya gabungan dari dokter, perawat, ahli terapi enterostoma, pekerja sosial, dan ahli diet. Pasien dipulangkan dari rumah sakit diberikan informasi khusus, individul sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan kolostomi dan komplikasi yang harus diobservasi. Intsruksi diet penting untuk membantu pasien mengidentifiasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat menyebabkan diare atau konstipasi. Pasien diajarkan tentang obat yang diresepkan (kerja, tujuan, dan kemungkinan efek samping masing-masing).
Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan keluarga didorong untuk berpartisipasi. Pasien memerlukan pengarahan khusus tentang kapan mereka harus menghubungi dokter. Mereka perlu mengetahui dengan pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera (pendarahan, distensi abdomen, dan kekakuan , diare,dan sindrom dumping). Apabila terapi radiasi diperlukan, efek samping yang mungkin terjadi (anoreksia, muntah, diare, dan kelelahan) harus ditinjau ulang.
Perawatan kesehatan dirumah sering diperlukan untuk memberikan perawatan esensial pada pasien yang lemah atau untuk mengawali perawatan tindak lanjut terhadap luka. Kunjungan ini merupakan kesempatan untuk memberikan penyuluhan tambahan dan mengobservasi kondisi umum pasien ( Brunner&Suddarth,2001).
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:

* Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar

* Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma

* Waktu penggantian kantong kolostomi

* Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien

* Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan

* Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien

* Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi

* Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien

* Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah
dirawat dirumah)

* Berobat/ control ke dokter secara teratur

* Makanan yang tinggi serat


F. Persiapan Alat
1.      Kolostomi bag, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
 persegi empat

2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl

3. Kapas kering atau tissue

4. 1 pasang sarung tangan bersih

5. Kantong untuk balutan kotor

6. Baju ruangan / celemek

7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi

8. Zink salep

9. Perlak dan alasnya

10. Plester dan gunting

11. Bila perlu obat desinfektan

12. Bengkok

13. Set ganti balut
14. Bedak nistatin
15. Kolostomi guide
16. Kom
17. Deodorant (pewangi ruangan)
18. Pasta barier

G. Prosedur Kerja

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan

3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma

4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien

5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)

6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien

7. Meletakan kolostomi bag kotor dalam bengkok

8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma

9. Membersihkan kolostomi dan kulit disekitar kolostomi dengan kapas sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl

10. Mengeringkan kulit sekitar kolostomi dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril

11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma / bedak nistatin

12. Menyesuaikan lubang kolostomi dengan stoma kolostomi

13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien

14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi

15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya

16. Merapikan klien dan lingkungannya

17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran

18. Melepas sarung tangan

19. Mencuci tangan

20. Membuat laporan
-Tindakan, hasil tindakan dan respon klien
            -keadaan umum klien dan kondisi luka colostomy
            -Hasil observasi feces




















DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000. Ringkasan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC

Henderson, M.A. 1992. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: Yayasan Mesentha Medica

Bruuner&Suudarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta ;EGC

http ://atnearobiansyah.blogspot.com/2008/11peerawatan-colostomy-html.

http://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/05perawatan-kolostomi/.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar